Leo's Blog

Melayani Tuhan sebagai Dasar Kami

Latar Belakang

Walaupun saya tidak berbagian di dalam suatu pelatihan, saya menyadari suatu prinsip dalam hidup saya, yaitu melayani Tuhan. Saya memahami dilatih atau tidaknya saya akan mempengaruhi kapasitas saya dalam melayani Tuhan.

Saya memang lebih banyak mempelajari berbagai hal secara otodidak terutama hal sekuler. Namun, saya menyadari satu hal, akan cukup banyak cacat cela dari pembelajaran secara otodidak.

Puji syukur kepada Allah, Dia memberikan kasih karunia-Nya kepada saya. Saya sampai sekarang masih belajar melayani. Tuhan memulihkan konsepsi saya, ternyata saat saya bersandarkan kepada Tuhan, itulah yang lebih terhitung dalam setiap pelayanan saya. Bukan karena kemampuan saya, bukan karena kehebatan saya, dalam beberapa kasus, saya menjadi perlu melayani dalam hal yang bukan kemampuan alamiah saya.

Sekali lagi, sesuatu yang mempengaruhi saat dilatih atau tidaknya adalah kapasitas. Dalam hal kualitas, saya yakin akan sama (asalkan pelayanan yang dari Tuhan), namun kapasitas akan berbeda. Mungkin, saya hanya bisa mendapat 10 bagian, namun orang lain 90 bagian.

Matius 13:23

Yang ditaburkan di tanah yang baik ialah orang yang mendengar firman itu dan mengerti, dan karena itu ia berbuah, ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat."

Cukup banyak ayat yang memiliki makna bahwa setiap dari kita memiliki kapasitasnya masing-masing. Kita juga bisa baca Matius 25. Namun, hal yang paling penting kita bisa memperbesar kapasitas kita seperti yang terlihat pada Matius 25.

Lukas 6:40

Seorang murid tidak lebih daripada gurunya, tetapi siapa saja yang telah tamat pelajarannya akan sama dengan gurunya.

Perlu memahami bahwa hal yang paling maksimal adalah sama dengan gurunya. Namun, hal itu akan bergantung dengan orangnya, seperti di sekolah, ada yang mungkin kapasitasnya meningkat signifikan, ada yang seadanya, dll.

Belajar Berlatih

Berlatih itu tidak mudah, akan ada namanya jerih lelah. Namun, apakah kita akan benar-benar terlatih bergantung pada diri kita sendiri. Saya pernah bertemu dengan beberapa orang yang tidak “dilatih” ini, mereka memiliki kesaksian yang cukup baik bagi saya. Mereka dengan sungguh-sungguh melayani, bahkan ada yang menjadi “vital” dalam pelayanan tersebut. Mereka tetap dipenuhi oleh kebenaran yang artinya mereka bersungguh-sungguh dihadapan Tuhan.

Saya justru sangat menyayangkan di saat ada yang memiliki kesempatan untuk dilatih namun tidak menggunakan kesempatan itu dengan baik. Saya sendiri memiliki keinginan untuk dilatih, saya tidak lupa konsekrasi saya di saat perbauran di Sentul, Bogor. Saya memberi diri saya untuk dilatih.

Tuhan selalu ingat konsekrasi saya. Sehingga, apa yang saya lakukan harus seturut dengan kehendak-Nya dan sepenuhnya untuk melayani Dia.

Saya pernah berpikiran untuk kabur melalui menempuh pendidikan lanjut. Saya membuat rencana sedemikian rupa agar tidak melayani. Tuhan ingat konsekrasi saya, sehingga dia menggagalkan niat hati saya beberapa kali. Tidak hanya satu kali saya berniat sedemikian, namun lebih dari 2 kali. Semuanya gagal.

Saya ada di situasi yang menyulitkan saya untuk memasuki pelatihan tersebut. Sejujurnya tidak hanya faktor ekonomi. Saya percaya Tuhan akan mencukupkan, namun karena saya percaya saya juga perlu berjerih lelah, saya mengambil jalan bekerja sambil melayani. Saya ingin melakukan “praktik” secara langsung.

Saya pernah bertanya-tanya, apakah tidak bisa melayani, bekerja, dan hidup gereja secara berkesinambungan. Sehingga, saya mencoba menempuhnya dan tetap memohon arahan dari Tuhan.

Saya memberanikan diri dan berjanji kepada Tuhan dengan berkata sedemikian, “Tuhan, apa pun yang akan saya lakukan, Tuhan boleh membuat saya gagal. Bahkan, di saat saya menempuh jalan bekerja dan melayani, Tuhan boleh membuat pekerjaan saya gagal dan tidak menjadi kesaksian di tempat saya bekerja. Saya tidak akan kecewa jika saya mendapatkan kegagalan. Namun, Tuhan harus menjaga saya dalam hal pelayanan. Tuhan, mohon kuatkan saya dan arahkan saya kepada jalan yang harus saya tempuh.”

Melayani Sambil Bekerja

Iya, saya belajar melayani sambil bekerja. Umur saya tidak begitu jauh dari orang-orang muda yang sedang berkuliah, jadi ini bisa menjadi langkah pertama saya. Saya bergabung dalam beberapa pertemuan ibadah baik itu kecil maupun besar, memberikan suplaian baik itu jasmani maupun rohani, memberikan dukungan, dll.

Saya belajar dan mendapatkan banyak hal. Saya pernah memiliki ketakutan bahwa orang-orang muda karena sudah “terbentuk” akan cukup sulit membawa mereka lebih maju. Ternyata, saya mendapatkan bahwa saya perlu semakin bersandarkan kepada Tuhan untuk membawa mereka kepada Tuhan.

Rintangan Pertama dan Kedua

Biasa dikategorikan rintangan pertama adalah pendidikan dan rintangan kedua adalah pekerjaan/pelayanan. Saya sedang menghadapi rintangan kedua ini. Saya memang sering mendapat godaan dengan hasil yang besar namun semakin saya tidak memiliki waktu bersama Tuhan.

Terlihatnya baik, saya bisa menggunakan hasil itu untuk keperluan Tuhan. Namun, itu bisa membuat saya jauh dengan Tuhan.

Saya memutuskan untuk setiap keputusan yang saya ambil perlu bersekutu dengan Tuhan. Termasuk rintangan ketiga yaitu pernikahan/keluarga.

Rintangan Ketiga

Saya akan menghadapi rintangan ini. Saya mengucap syukur kepada Tuhan. Tuhan memberikan satu perasaan kepada saya mengenai hal ini.

Hal ini tidak bisa saya tentukan sembarangan karena ini akan menentukan sekali kehidupan saya berikutnya. Jika pekerjaan/pendidikan saya mungkin masih bisa mencari-cari lagi jika akhirnya gagal.

Saya sangat tidak mau penghidupan pernikahan yang saya akan hadapi ini gagal. Saya sudah cukup melihat apa yang saya alami. Saya sebagai anak merasakan dampak negatif dari kegagalan pernikahan.

Melalui salah satu konseling pra-nikah, saya mendapatkan satu hal penting. Bagaimana dalam keluarga, perlunya masing-masing dari kami bersandarkan Tuhan, percaya Tuhan. Ini sesuai dengan prinsip yang saya terapkan semenjak saya percaya pada Tuhan.

Dasar Pernikahan Kami

Saya tetap berharap, dasar penikahan kami dan nilai yang akan kami terapkan untuk keluarga kami yaitu bersandarkan Tuhan dan melayani-Nya. Kami adalah hamba dan kami percaya setiap jalan penghidupan kami telah Dia atur.

Saya pernah berdoa, mohon Tuhan menguatkan perasaan saya yang telah Dia berikan mengenai pasangan yang saya pilih. Tuhan betapa ajaib, Dia benar-benar menguatkan saya dan memberikan pandangan lebih jelas.

Lika-liku sudah pasti pernah kami hadapi. Ketidakcocokan pun pernah terjadi, namun saya belajar untuk menyesuaikan diri.

Tuhan tidak pernah membuatku atau membiarkanku kecewa dan tawar hati karena pasangan saya. Justru, semakin melimpah akan sukacita dan damai sejahtera.

Semoga Tuhan tetap menjaga kami dan menuntun kami dalam setiap keputusan yang akan kami ambil. Kami percaya bahwa Tuhan menjaga kami dan merawat kami baik dari sekarang hingga pernikahan kami dan penghidupan setelah pernikahan kami.

Simpulan

Puji syukur kepada Tuhan. Itulah yang saya alami sejak bulan Juni hingga Juli ini. Saya percaya Tuhan akan memberikan yang terbaik atas kami. Baik saya yang bekerja dan melayani dan dirinya yang sepenuh waktu melayani Tuhan. Kiranya Tuhan menjaga hubungan kami hingga seterusnya dan tentunya menjaga hubungan kami masing-masing dengan Tuhan sehingga Tuhan terus menerus berbicara kepada kami masing-masing.

Biarlah kami persembahkan keluarga kami kelak bagi Kristus dan gereja.

Damai sejahtera Kristus menyertai kita.


Kami mau menebus curahkan yang ter-ba-ik pada-Mu.

Itu bukan sua-tu pemborosan, tapi ke-sak-sian yang harum.

Kami mau menebus curahkan yang ter-ba-ik pada-Mu.

Mungkin ini waktu akhir yang Kau b’ri, s’mua bagi-Mu.