Sukacita yang Tidak Terkatakan
Pendahuluan
Puji syukur kepada Tuhan sehingga kita masih diberi kesempatan untuk melakukan yang terbaik bagi-Nya. Saya hanya ingin membagikan sesuatu. Saya dapat bilang ini menjadi bagian dari sesuatu yang akan saya sampaikan nanti. Namun, ini bukan menjadi satu-satunya dasar. Jika Tuhan berkehendak saya membicarakan yang lain di saat itu, saya akan membicarakan sesuai dengan perkataan Tuhan saat itu.
Saya hanya ingin membagikan sesuatu yang menjadi “beban” saya saat ini. Bisa menjadi “sneak peek”, bisa juga tidak, kita tidak bisa mengharapkan sesuatu yang berlebih, apalagi tanpa memiliki dasar.
Kasih Pertama
1 Petrus 1:8
Sekalipun kamu belum pernah melihat Dia, namun kamu mengasihi-Nya. Kamu percaya kepada Dia, sekalipun kamu sekarang tidak melihat-Nya. Kamu bergembira dengan rasa sukacita yang mulia dan tidak terkatakan,
Ayat ini menjadi dasar apa yang ingin saya bagikan. Saya akan sedikit berjalan mundur dari kejadian masa SMA. Saya teringat bahwa saya masih belum jelas apa itu Kristen. Saya belum jelas apa itu keselamatan. Saya belum jelas banyak hal.
Yang saya tau, seminggu sekali ke gereja, terkadang dengan keadaan mengantuk dan tidak tau apa yang dibicarakan. Datang dengan tangan hampa, pulang dengan tangan hampa.
Saya masih belum diselamatkan saat SMA, saya tidak mau dibaptis karena waktu itu saya meragukan Tuhan dan memang ada “larangan”.
Kalimat dorongan “Sekalipun kamu belum pernah melihat Dia, namun kamu mengasihi-Nya.” Ini sangat tepat, di bulan Oktober saat saya berkuliah, saya ingat sekali bagaimana saya sangat bersukacita diselamatkan dan mau dibaptis. Benar saja, saya begitu mengasihi-Nya, mengasihi firman-Nya. Saya rutin membaca Alkitab, buku rohani, mendengarkan/bernyanyi kidung, berdoa, dll.
Namun, karena begitu terombang-ambing, beberapa hal itu diambil dari saya, sehingga saya perlu memulihkan “kasih pertama” saya. Kalimat selanjutnya menguatkan saya kembali “Kamu percaya kepada Dia, sekalipun kamu sekarang tidak melihat-Nya”. Masa iya, saya akhirnya meninggalkan dia hanya karena hal-hal yang kelihatan? Padahal kasih saya dan percayanya saya diawali dari yang “tidak kelihatan”?
Keselamatan Seisi Rumah
Sekali lagi, saya akan menceritakan sedikit latar belakang saya. Waktu itu, sebelum diselamatkan, saya mendambakan seisi keluarga saya diselamatkan.
Kisah Para Rasul 16:31
Jawab mereka, “Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu.”
Ini merupakan ayat yang menguatkan saya untuk mau dibaptis. Saya percaya akan Tuhan dan yakin bahwa seisi rumah saha diselamatkan.
Saya sangat damba hal demikian. Jujur saja, saya masih ingat akhirnya adik saya mau memberikan dirinya untuk dibaptis. Itu menjadi salah satu sukacita saya yang tidak terkatakan.
… Kamu bergembira dengan rasa sukacita yang mulia dan tidak terkatakan,
Saya sempat meragukan firman tersebut (Kis 16:31) karena saya harus menunggu bertahun-tahun. Saya sempat meragukan bahkan menganggap, ah, itu sulit!
Namun, kita perlu ingat,
Matius 19:26
Yesus memandang mereka dan berkata, “Bagi manusia hal ini tidak mungkin, tetapi bagi Allah segala sesuatu mungkin.”
Bagi Allah segala sesuatu itu mungkin! Saya tidak tahu bagaimana jalan Tuhan agar seisi rumah saya atau keluarga saya diselamatkan. Jalan Tuhan itu unik, saya tidak bisa menebaknya dengan pasti.
Tuhan memberikan jawaban-Nya dengan cara yang unik. Saya berani bersaksi bahwa beberapa yang saya terima adalah pengaturan-Nya. Baik itu kesulitan, kesenangan, dan sebagainya semua sudah Tuhan atur. Saya juga tidak menyangka akhirnya Tuhan menggerakan adik saya.
Dari hal itu, saya semakin yakin, Tuhan pasti memberikan jalan dan janji-Nya tidak pernah gagal.
Tuhan, pakailah diriku dan keluargaku bagi kepentingan-Mu!
Yosua 24:15
Tetapi jika kamu anggap tidak baik untuk beribadah kepada Tuhan, pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah; allah yang kepadanya nenek moyangmu beribadah di seberang sungai Efrat, atau allah orang Amori yang negerinya kamu diami ini. Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada Tuhan!"