Ternyata Berbeda
Ini akan menjadi “Dear Diary” saya yang bersifat publik. Sudah melalui pertimbangan yang matang.
TLDR
Jadi, sore dan malam ini saya berkesempatan untuk melakukan yang “seharusnya” sudah lama perlu saya lakukan. Saya begitu sibuk mempersiapkan “sesuatu” dan sibuk dengan pekerjaan saya sehingga saya tidak sempat lagi melakukan kegiatan “tersier” atau kegiatan di prioritas ke-3.
Salah satu prioritas ke-3 saya adalah melakukan “clean” install laptop saya dan melakukan backup beberapa file. Sembari backup, saya juga mengorganisir file-file-nya di harddisk backup saya. Nah, karena proses yang lama, saya juga membuka beberapa arsip lama untuk sekedar “mengenang”.
Melihat Saya yang Dahulu
Secara singkat, saya sangat suka menulis. Saya (pasti) menulis beberapa hal yang penting bagi kehidupan saya. Namun, tidak semua tulisan itu publik dan akan menjadi privasi saya dan bacaan saya saja. Saya melihat bahwa gaya tulisan saya dari dulu belum terlalu berubah. Masih gaya yang saya bawa dari awal saya menulis.
Saya jadi dapat melihat beberapa “kenangan” yang tidak sengaja saya lupakan. Entah itu penderitaan, entah itu kesenangan. Saya tuliskan untuk bahan bacaan saya kelak. Saya menulis itu bukan untuk saya yang saat itu. Namun, menjadi pelajaran bagi saya yang di masa depan. Ibaratnya menulis surat untuk saya di masa depan.
Salah satu mengapa saya menulis itu, untuk mengingat kembali perasaan yang sama di saat saya menuliskan “surat” itu. Walaupun terkadang samar-samar, namun saya masih bisa merasakan apa yang saya rasakan waktu dahulu.
Saya menuliskan itu bukanlah intropeksi diri. Percayakah, kalau kita juga perlu asupan “jiwa” atau pikiran, dll? Saat kita kekurangan asupan itu, kita akan merasakan “gila”. Saya memahami di saat kita kekurangan asupan itu, saya menjadi orang yang “aneh”. Mungkin, saya mengistilahkannya sebagai “manusia tanpa perasaan”, dan istilah lainnya.
Kenangan
Iya, saya jadi ingat kembali apa yang saya rasakan dahulu. Saya bisa melihat perubahan diri saya, baik itu pikiran, emosi, tekad saya.
Saya bisa melihat Tuhan begitu mengubah saya perlahan-lahan. Hal itu bukanlah yang terjadi satu hari dan terjadilah sesuatu yang “wow”! Perlu bertahun-tahun membentuk saya yang sekarang ini.
Hanya Orang yang Mengenal Saya saja
Hanya orang yang mengenal saya saja yang akan paham mengenai perubahan itu, mengenai siapa saya sebenarnya saat ini. Beberapa orang akan melihat saya yang di permukaan saja. Hanya beberapa orang yang “beruntung” melihat siapa saya sebenarnya.
Apa yang saya tulis, itulah ekspresinya
Oke, saya akan buka satu hal. Kalau ada yang menyadarinya, saya suka menulis. Artinya, saya senang mengekspresikan sesuatu. Sudah pasti, saat bertemu saya, menemukan saya dengan ekpresi yang berbeda. Maaf ya, itu artinya saya sedang menutup diri saya kepada orang tersebut.
Saya pernah mengalami kehilangan kepercayaan kepada orang lain. Sehingga, saya tidak akan membuka diri saya begitu saja. Saya tidak menceritakan begitu saja. Jika, saya berani menceritakannya (hal-hal yang belum saya buat menjadi publik), artinya saya sudah percaya.
Tidak mudah menghilangkan rasa ketidakpercayaan itu. Karena saya mengalaminya dari orang “terdekat” saya. Sejujurnya begitu sakit, sehingga saya tidak mau lagi menjadi “ekpresif”, baik di dunia nyata maupun media sosial. Ini sudah terjadi sekian tahun lalu, sampai sekarang saya tidak bisa lupa perasaan sakit waktu itu. Ibarat sudah terpaku, walaupun sudah dicabut paku itu, masih ada bekas paku yang tersisa.
Manusia tidak Berubah?
Entah kenapa, terkadang saya merasa manusia itu tidak berubah. Mungkin saja justru pikiran saya tidak berubah, jadi saya tetap melihat kesalahan yang kecil sebagai tidak berubah.
Jalani saja
Satu hal yang pasti, setelah menunggu dan melakukan “setting”, saya jadi memiliki waktu banyak untuk mengontak Tuhan. Iya, “setting”-nya lama sekali, jadi ada ide, tapi saya sudah tidak sanggup untuk melakukannya.
Inti dari saya “curhat” kepada Tuhan itu, saya menyadari, kembali menyadari, masih ada beberapa bagian dari saya ini yang belum mau diubah. Saya masih berkompromi dengan Tuhan, padahal Tuhan sudah menerangi untuk mau diubah bagian itu.
Terima Kasih
Terima kasih untuk beberapa orang yang pernah mendengar cerita saya. Percayalah kalian cukup beruntung. Sejujurnya, saya masih banyak yang ingin saya sampaikan kepada kalian, namun tunggu waktunya ya. Saya menuliskan untuk publik dahulu yang saya rasa “perlu”.
Oh iya, ini mungkin bisa dibilang sebagai “Monthly Reflection” saya yang saya publikasikan. Fyi, saya melakukan “monthly reflection” terinspirasi dari salah satu streamer yang melakukannya, terutama untuk reflect apa yang sudah dilakukannya pada bulan itu terutama berkaitan dengan streaming. Nah, saya menerapkannya untuk kehidupan saya, tentu saja pembacanya saya sendiri. Saya tidak akan membukanya sembarangan. Ini pun hanya beberapa bagian yang saya rasa boleh disebarkan.
Saya tidak bisa menulis lebih panjang, saya perlu bekerja besok. :) Semoga lancar. Hehehe..
Sekali lagi, terima kasih sudah membaca.